Senin, 11 Mei 2015

analisis industri telkomsel

ANALISIS LINGKUNGAN INDUSTRI
TELKOMSEL

 






                                                                                                                                            






Muhammad Yusuf Hidayat
20130420410




Porters’s Competitive Forces Shape Strategy
Porter’s Five Force merupakan sebuah alat bantu dan metode yang sangat tepat dalam menganalisa situasi bisnis, karena dengan menggunakan metode ini maka dapat diketahui posisi kekuatan atau strength perusahaan, juga dapat diketahui posisi kekuatan perusahaan yang akan ditentukan dengan menganalisa pasar terlebih dahulu. Untuk menganalisa bagaimana situasi supplier dan pembeli, serta melihat sejauh manakah persaingan yang terjadi. Sehingga setelah hal-hal tersebut diketahui analisa nya maka selanjutnya adalah menyusun strategi untuk memenangkan persaingan.
Berdasarkan gambar  analisis five forces Michael Porter di atas.digunakan untuk menganalisis industri TELKOMSEL :
1. Threat of New Entrants : (Ancaman pendatang baru) besarnya keuntungan yang didapat dari suatu bisnis akan dengan cepat menarik para pemain baru untuk terjun ke dalam persaingan. Masing-masing industri memiliki karakteristik tersendiri mengenai hal ini. Bisnis pertelekomunikasian merupakan bisnis yang menarik  ekspansi global. Di sisi lain secara tidak langsung telah membuktikan bahwa sektor telekomunikasi merupakan sektor yang paling diminati oleh perusahaan multinasional dalam rangka ekspansi dan globalisasi. Namun berdasarkan kebijakan pemerintah struktur pasar jasa telekomunikasi sudah diatur sedemikian rupa sehingga perusahaan-perusahaan yang akan masuk dalam industri ini harus benar- benar yakin apabila hanya ragu- ragu akan mengalami kesulitan, selain itu untuk masuk dalam industri ini memerlukan modal yang besar kecuali perusahaan- perusahaan yang telah mapan. Dengan begitu kemungkinan kecil adanya pendatang baru untuk memasuki industri ini.

2. Bargaining Power of Suppliers : Perusahaan yang bergantung pada sedikit supplier akan memiliki bargaining power yang lemah. Kelangkaan supplier akan membuat mereka dengan mudah menaikkan harga bahan baku sehingga profit margin suatu perusahaan semakin menipis. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki banyak alternatif supplier akan memperoleh keuntungan yang besar. Perusahaan telekomunikasi sekarang sudah memakai kabel serat optik baik yang ada di darat maupaun yang ada di laut sehingga jaringan kabel lama ( tembaga ) sudah tidak memadai lagi baik untuk mengakomodasi data maupun informasi. Namun kebutuhan kabel serat optik ini sebagian besar masih diimpor dari luar negeri sehingga apabila nilai tukar mata uang dalam negeri melemah hal ini yang menjadi bumerang. Kondisi daya tawar perusahaan telekomunikasi indonesia tidak terlalu lemah karena pemasoknya terdiri dari banyak perusahaan.

3. Threat of Substitute Products or Services : Semakin banyak barang atau layanan yang dapat menggantikan produk suatu perusahaan, maka posisi perusahaan tersebut semakin lemah. Layanan komunikasi mobile hari ini sudah jauh melebihi layanan telepon dan SMS. Pengguna bisa terkoneksi dengan teman, keluarga melalui email, video calls, pesan audio dan video, update status. Tidak ada satupun fitur-fitur tersebut yang menjadi layanan standard di perangkat mobile, karena fitur-fitur tersebut dikembangkan dan dikelola oleh banyak perusahaan berbeda dan berjalan di atas infrastruktur yang dimiliki telko. Kenyataan bahwa layanan-layanan tersebut digunakan menggantikan layanan telepon dan SMS mulai mengkhawatirkan industri telkomuikasi. Dalam beberapa bulan belakangan, lima aplikasi teratas di Google Play Indonesia merupakan aplikasi komunikasi: KakaoTalk, WeChat, WhatsApp, Line dan Facebook. Konsumen Indonesia menginginkan cara untuk berkomunikasi satu sama lain dengan bebas. Mereka tidak mempermasalahkan biaya langganan,yang menyebabkan penimgkatan aplikasi BBM  dan juga  mendongkrak  penjualan smartphone.
BlackBerry selama beberapa tahun dan juga WhatsApp sebagai aplikasi alternatif pengganti BBM. Ketika pengguna mulai lebih sering menggunakan BBM ketimbang telepon/SMS, seharusnya telkomsel sudah bisa melihat peringatan tersebut. Mungkin seharusnya industri telekomunikasi sudah melihat tren ini lebih dulu dan mulai bergerak mengantisipasi dengan berbagai cara, namun salah satu figur industri baru-baru berkata bahwa hampir tidak mungkin bagi telko untuk bergerak begitu cepat dan mengantisipasi tren layanan OTT (Over The Top).

4. Bargaining Power of Buyers : banyak jumlah pesaing suatu perusahaan, maka pelanggan (buyer) akan memiliki bargaining power yang lebih kuat dan menurunkan tingkat keuntungan perusahaan tersebut, dan sebaliknya. Jumlah pelanggan dari tahun ke tahun selalu meningkat hal ini hampir 75 persen orang di seluruh dunia memakai. Orang indonesia pada umumnya tidak memiliki daya tawar cukup kuat terhadap telekomunikasi, karena tidak memiliki pilihan sarana telekomunikasi yang hanya terbatas dalam pilihan tertentu dan kurang bisa memuaskan pelayanan atas jasanya. Sehingga melihat hal tersebut potensi pasar telekomunikasi cukup besar dari tahun ke tahun, apalagi indonesia merupakan negara berkembang yang masih sangat banyak yang harus digarap

5. Rivalry Among Existing Competitors : Ancaman berikutnya adalah meningkatnya persaingan dari kompetitor. Salah satu contoh penyebabnya meningginya tingkat persaingan adalah perang harga serta inovasi produk baru dari kompetitor. Ancaman yang paling besar yang ada di Telkomsel adalah persaingan harga yang kompetitif, kompetitor baru maupun kompetitor yang telah ada sebelumnya berusaha menarik para pelanggan baru maupun pelanggan Telkomsel dengan tarif telepon dan sms yang murah, sehingga Telkomsel pun berusaha menurunkan tarifnya, namun hal ini berdampak dengan melambatnya pertumbuhan pendapatan telkomsel pada tahun 2008 yang hanya sebesar 1,4%. Adanya kompetisi yang intens dan perang tarif, Telkomsel melakukan strategi untuk memenangkan pelanggan baru di 2008. Teknologi CDMA juga cukup berperan negative dalam pertumbuhan pelanggan maupun pendapatan kita. Saat ini, kebanyakan pelanggan pelanggan memiliki dua nomor (CDMA dan GSM) dan mereka lebih memilih menelepon menggunakan CDMA, karena tariff nya lebih murah disbanding GSM. Jika tidak ada pesaing CDMA, maka kami perkirakan minutes of usage akan meningkat jauh lebih tinggi lagi. Akan tetapi Industri telekomunikasi sendiri punya prospek growth yang tinggi, karena orang selalu membutuhkan komunikasi dan ditunjang oleh pertumbuhan penduduk. Kemudian, exit barriers juga tinggi, karena perusahaan tentunya sudah menginvestasikan infrastruktur telekomunikasi yang tidak murah. Saat ini, operator melakukan perang harga dalam menjaring konsumen, sementara switching cost pun rendah.



STRATEGI
Tingginya jumlah pelanggan dan tantangan di industri telekomunikasi yang semakin berat telah mendorong Telkomsel mengembangkan strategi baru. Strategi baru diharapkan mampu mendukung pertumbuhan yang tinggi operator ini.
  1. Telkomsel akan mengedepankan pendekatan pada komunitas
Dalam hal ini, komunitas pelanggan dikelompokkan menjadi dua yakni komunitas pengguna layanan dasar yakni pelanggan yang membutuhkan layanan suara dan SMS serta komunitas pelanggan yang membutuhkan layanan lebih tinggi. "Kelompok kedua adalah pengguna value added services seperti Blackberry, broadband, atau layanan lifestyle yang saat ini marak
  1. Telkomsel juga akan meningkatkan sinergi dengan induk yakni Telkom dan Singapore Telecommunication serta mitra lain. Melalui sinergi diharapkan tercipta cost effisiensi. Telkom menguasai 65 persen saham Telkomsel, sementara Singapore Telecommunication 35 persen.
  2. Peningkatan kualitas layanan.
Kualitas akan menjadi salah satu aspek penting dalam menarik minat pelanggan saat perang tarif masih terjadi. Dengan demikian kualitas layanan akan menjadi nilai tambah bagi konsumen.
  1. Disisi lain Telkomsel juga akan mengedepan 3L yakni leading concept, leading system dan leading teamwork. Elemen elemen ini yang diharapkan mampu mendukung Telkomsel menjaga pertumbuhan yang tinggi.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar