ANALISIS LINGKUNGAN INDUSTRI
TELKOMSEL
Muhammad Yusuf Hidayat
20130420410
Porters’s Competitive Forces Shape Strategy
Porter’s
Five Force merupakan sebuah alat bantu dan
metode yang sangat tepat dalam menganalisa situasi bisnis, karena dengan
menggunakan metode ini maka dapat diketahui posisi kekuatan atau strength perusahaan,
juga dapat diketahui posisi kekuatan perusahaan yang akan ditentukan dengan
menganalisa pasar terlebih dahulu. Untuk menganalisa bagaimana situasi supplier
dan pembeli, serta melihat sejauh manakah persaingan yang terjadi. Sehingga
setelah hal-hal tersebut diketahui analisa nya maka selanjutnya adalah menyusun
strategi untuk memenangkan persaingan.
Berdasarkan
gambar analisis five forces Michael Porter di atas.digunakan untuk menganalisis
industri TELKOMSEL :
1. Threat of New Entrants : (Ancaman pendatang baru) besarnya
keuntungan yang didapat dari suatu bisnis akan dengan cepat menarik para pemain
baru untuk terjun ke dalam persaingan. Masing-masing industri memiliki
karakteristik tersendiri mengenai hal ini. Bisnis pertelekomunikasian merupakan
bisnis yang menarik ekspansi global. Di
sisi lain secara tidak langsung telah membuktikan bahwa sektor telekomunikasi
merupakan sektor yang paling diminati oleh perusahaan multinasional dalam
rangka ekspansi dan globalisasi. Namun berdasarkan kebijakan pemerintah
struktur pasar jasa telekomunikasi sudah diatur sedemikian rupa sehingga
perusahaan-perusahaan yang akan masuk dalam industri ini harus
benar- benar yakin apabila hanya ragu- ragu akan mengalami kesulitan,
selain itu untuk masuk dalam industri ini memerlukan modal yang besar kecuali
perusahaan- perusahaan yang telah mapan. Dengan begitu kemungkinan kecil
adanya pendatang baru untuk memasuki industri ini.
2. Bargaining Power of Suppliers
: Perusahaan yang bergantung pada
sedikit supplier akan memiliki bargaining power yang lemah. Kelangkaan supplier
akan membuat mereka dengan mudah menaikkan harga bahan baku sehingga profit
margin suatu perusahaan semakin menipis. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki
banyak alternatif supplier akan memperoleh keuntungan yang besar. Perusahaan
telekomunikasi sekarang sudah memakai kabel serat optik baik yang ada di darat
maupaun yang ada di laut sehingga jaringan kabel lama ( tembaga ) sudah tidak
memadai lagi baik untuk mengakomodasi data maupun informasi. Namun kebutuhan
kabel serat optik ini sebagian besar masih diimpor dari luar negeri sehingga
apabila nilai tukar mata uang dalam negeri melemah hal ini yang menjadi
bumerang. Kondisi daya tawar perusahaan telekomunikasi indonesia tidak terlalu
lemah karena pemasoknya terdiri dari banyak perusahaan.
3. Threat of Substitute Products or Services
: Semakin banyak barang atau layanan
yang dapat menggantikan produk suatu perusahaan, maka posisi perusahaan
tersebut semakin lemah. Layanan komunikasi mobile hari ini sudah jauh melebihi
layanan telepon dan SMS. Pengguna bisa terkoneksi dengan teman, keluarga
melalui email, video calls, pesan audio dan video, update status. Tidak ada
satupun fitur-fitur tersebut yang menjadi layanan standard di perangkat mobile,
karena fitur-fitur tersebut dikembangkan dan dikelola oleh banyak perusahaan
berbeda dan berjalan di atas infrastruktur yang dimiliki telko. Kenyataan bahwa
layanan-layanan tersebut digunakan menggantikan layanan telepon dan SMS mulai
mengkhawatirkan industri telkomuikasi. Dalam beberapa bulan belakangan, lima
aplikasi teratas di Google Play Indonesia merupakan aplikasi komunikasi:
KakaoTalk, WeChat, WhatsApp, Line dan Facebook. Konsumen Indonesia menginginkan
cara untuk berkomunikasi satu sama lain dengan bebas. Mereka tidak
mempermasalahkan biaya langganan,yang
menyebabkan penimgkatan aplikasi BBM dan
juga mendongkrak penjualan smartphone.
BlackBerry
selama beberapa tahun dan juga WhatsApp sebagai aplikasi alternatif pengganti
BBM. Ketika pengguna mulai lebih sering menggunakan BBM ketimbang telepon/SMS,
seharusnya telkomsel sudah bisa melihat peringatan tersebut. Mungkin seharusnya
industri telekomunikasi sudah melihat tren ini lebih dulu dan mulai bergerak
mengantisipasi dengan berbagai cara, namun salah satu figur industri baru-baru
berkata bahwa hampir tidak mungkin bagi telko untuk bergerak begitu cepat dan
mengantisipasi tren layanan OTT (Over The Top).
4. Bargaining Power of Buyers : banyak jumlah pesaing suatu
perusahaan, maka pelanggan (buyer) akan memiliki bargaining power yang lebih
kuat dan menurunkan tingkat keuntungan perusahaan tersebut, dan sebaliknya.
Jumlah pelanggan dari tahun ke tahun selalu meningkat hal ini hampir 75 persen
orang di seluruh dunia memakai. Orang indonesia pada umumnya tidak memiliki
daya tawar cukup kuat terhadap telekomunikasi, karena tidak memiliki pilihan
sarana telekomunikasi yang hanya terbatas dalam pilihan tertentu dan kurang
bisa memuaskan pelayanan atas jasanya. Sehingga melihat hal tersebut potensi
pasar telekomunikasi cukup besar dari tahun ke tahun, apalagi indonesia
merupakan negara berkembang yang masih sangat banyak yang harus digarap
5. Rivalry Among Existing
Competitors : Ancaman berikutnya adalah
meningkatnya persaingan dari kompetitor. Salah satu contoh penyebabnya
meningginya tingkat persaingan adalah perang harga serta inovasi produk baru
dari kompetitor. Ancaman yang paling besar yang ada di Telkomsel adalah
persaingan harga yang kompetitif, kompetitor baru maupun kompetitor yang telah
ada sebelumnya berusaha menarik para pelanggan baru maupun pelanggan Telkomsel
dengan tarif telepon dan sms yang murah, sehingga Telkomsel pun berusaha
menurunkan tarifnya, namun hal ini berdampak dengan melambatnya pertumbuhan
pendapatan telkomsel pada tahun 2008 yang hanya sebesar 1,4%. Adanya kompetisi
yang intens dan perang tarif, Telkomsel melakukan strategi untuk memenangkan
pelanggan baru di 2008. Teknologi CDMA juga cukup berperan negative dalam
pertumbuhan pelanggan maupun pendapatan kita. Saat ini, kebanyakan pelanggan
pelanggan memiliki dua nomor (CDMA dan GSM) dan mereka lebih memilih menelepon
menggunakan CDMA, karena tariff nya lebih murah disbanding GSM. Jika tidak ada
pesaing CDMA, maka kami perkirakan minutes of usage akan meningkat jauh lebih
tinggi lagi. Akan tetapi Industri telekomunikasi sendiri punya prospek growth
yang tinggi, karena orang selalu membutuhkan komunikasi dan ditunjang oleh
pertumbuhan penduduk. Kemudian, exit barriers juga tinggi, karena perusahaan
tentunya sudah menginvestasikan infrastruktur telekomunikasi yang tidak
murah. Saat ini, operator melakukan perang harga dalam menjaring konsumen, sementara
switching cost pun rendah.
STRATEGI
Tingginya
jumlah pelanggan dan tantangan di industri telekomunikasi yang semakin berat
telah mendorong Telkomsel mengembangkan strategi baru. Strategi baru diharapkan
mampu mendukung pertumbuhan yang tinggi operator ini.
- Telkomsel
akan mengedepankan pendekatan pada komunitas
Dalam hal
ini, komunitas pelanggan dikelompokkan menjadi dua yakni komunitas pengguna
layanan dasar yakni pelanggan yang membutuhkan layanan suara dan SMS serta
komunitas pelanggan yang membutuhkan layanan lebih tinggi. "Kelompok kedua
adalah pengguna value added services seperti Blackberry, broadband, atau
layanan lifestyle yang saat ini marak
- Telkomsel
juga akan meningkatkan sinergi dengan induk yakni Telkom dan Singapore
Telecommunication serta mitra lain. Melalui sinergi diharapkan tercipta
cost effisiensi. Telkom menguasai 65 persen saham Telkomsel, sementara
Singapore Telecommunication 35 persen.
- Peningkatan
kualitas layanan.
Kualitas
akan menjadi salah satu aspek penting dalam menarik minat pelanggan saat perang
tarif masih terjadi. Dengan demikian kualitas layanan akan menjadi nilai tambah
bagi konsumen.
- Disisi
lain Telkomsel juga akan mengedepan 3L yakni leading concept, leading
system dan leading teamwork. Elemen elemen ini yang diharapkan mampu
mendukung Telkomsel menjaga pertumbuhan yang tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar